SINGKILTERKINI.NET -- Aceh adalah sebuah Provinsi yang terletak di bagian Barat ujung Pulau Sumatera di wilayah Indonesia. Aceh banyak meyimpan kekayaan budaya, suku, adat dan ragam bahasa.
Di Aceh terdapat 13 suku dan masing-masing suku memiliki adat, bahasa tersendiri yang berbeda-beda yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon, dan Nias.
Perlu digaris bawahi bahwa semua bahasa daerah Aceh adalah bahasa Aceh.
Bahasa daerah Aceh adalah bahasa daerah yang dipakai oleh masyarakat di Aceh, suku dan bahasa apapun adalah bagian dari bahasa daerah Aceh.
Bahasa Aceh
Bahasa Aceh adalah bahasa yang digunakan masyarakat aceh sehari-hari yang memiliki paling banyak dibandingkan dengan bahasa daerah Aceh lainnya.
Bahasa yang digunakan di Kabupaten Aceh Singkil ada beberapa bahasa yaitu bahasa Pakpak Menginginkan adalah bahasa dari provinsi Sumatera Utara, hanya saja karena Singkil termasuk salah satu Kabupaten dengan provinsi Sumatera Utara, terjadilah asimilasi antara kedua daerah ini.
Bahasa Gayo
Kluet atau Keluwat adalah masyarakat yang mendiami beberapa kecamatan di kabupaten Aceh Selatan yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah dan Kluet Timur yang memeliki Bahasa sendiri, wilayah Kluet terletak 30 km dari Ibu Kota Ac eh Selatan atau sekita 500 km dari Kota Banda Aceh yang di dengan sungai Lawé Kluet yang berhulu di Gunung Leuser dan bermuara di lautan Hindia.
Marga yang terakhir (Caniago) adalah marga keturunan orang Minangkabau yang telah berasimilasi dengan Kluet sejak berabad-abad yang lalu.
Kabupaten Aceh Temiang adalah salah satu wilayah tingkat II dalam Provinsi Aceh yang terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Utara dengan menempuh jarak hanya 250 Km dari Kota Medan.
Bahasa Alas adalah bahasa daerah TK. II Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan bahasa masyarakat di Tanah Alas (Aceh Tenggara).
Dalam pergaulan sehari-hari Suku Alas memiliki Bahasa sendiri yakni Bahasa Alas (Cekhok Alas) Bahasa ini merupakan rumpun bahasa dari suku Austronesia Kluet di Kabupaten Aceh selatan juga menggunakan Bahasa yang hampir sama dengan bahasa suku Alas.
Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
Di Aceh terdapat 13 suku dan masing-masing suku memiliki adat, bahasa tersendiri yang berbeda-beda yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon, dan Nias.
Perlu digaris bawahi bahwa semua bahasa daerah Aceh adalah bahasa Aceh.
Bahasa daerah Aceh adalah bahasa daerah yang dipakai oleh masyarakat di Aceh, suku dan bahasa apapun adalah bagian dari bahasa daerah Aceh.
Bahasa Aceh
Bahasa Aceh adalah bahasa yang digunakan masyarakat aceh sehari-hari yang memiliki paling banyak dibandingkan dengan bahasa daerah Aceh lainnya.
Masyarakat suku Aceh yang menggunakan Bahasa Aceh pada umumnya dapat dipahami oleh suku lainnya di Aceh karena bahasa Aceh sebagai lambang kebanggaan masyarakat Aceh.
Masyarakat di setiap Kabupaten dalam berbahasa Aceh memiliki banyak perbedaan pada pengucapan kata dan dialek yang pengertiannya sama, missal pengucapan bahasa masyarakat Aceh Utara dengan masyarakat Aceh Besar sangat jelas perbedaannya dalam pengucapan 'R' dan kedengaranpun sangat bertolak belakang.
Namun, semua daerah di Kabupaten Provinsi Aceh yang menggunakan Bahasa Aceh walaupun ada perbedaan dalam pengucapannya kosakata masih dapat dipahami, semua perbedaan itu adalah kekayaan budaya bangsa.
Bahasa Jamee ( Aneuk Jamee )
Bahasa Jamee ( Aneuk Jamee )
Bahasa Jamee atau bahasa Aneuk Jamee atau orang Aceh menyebut dengan bahasa Baiko adalah Bahasa yang umumnya digunakan oleh masyarakat Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan sebagian kecil masyarakat Aceh Barat, Simeulue dan Singkil.
Bahasa ini merupakan bahasa pengantar utama di Kota Tapaktuan.
Jamee dalam bahasa Aceh artinya Tamu, jadi bahasa Jamee adalah bahasa tamu yang sudah menjadi salah satu bahasa daerah Aceh di Kabupaten Aceh Selatan, bahasa tamu yang ini sangat mirip dengan bahasa Padang karena dibawa oleh keturunan perantau Minangkabau yang tersebar di sepanjang pesisir Barat dan Selatan Aceh mulai dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Pulau Seumelu yang bermigrasi dan berdomisili di Aceh dan telah berkulturasi dengan suku Aceh, sehingga berkembang menjadi salah satu bahasa daerah Aceh di bagian selatan.
Bahasa Singkil
Jamee dalam bahasa Aceh artinya Tamu, jadi bahasa Jamee adalah bahasa tamu yang sudah menjadi salah satu bahasa daerah Aceh di Kabupaten Aceh Selatan, bahasa tamu yang ini sangat mirip dengan bahasa Padang karena dibawa oleh keturunan perantau Minangkabau yang tersebar di sepanjang pesisir Barat dan Selatan Aceh mulai dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Pulau Seumelu yang bermigrasi dan berdomisili di Aceh dan telah berkulturasi dengan suku Aceh, sehingga berkembang menjadi salah satu bahasa daerah Aceh di bagian selatan.
Bahasa Singkil
Kabupaten Aceh Singkil adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 1999 dan sebagian wilayahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Terdiri dari dua wilayah, yakni daratan dan kepulauan
Bahasa yang digunakan di Kabupaten Aceh Singkil ada beberapa bahasa yaitu bahasa Pakpak Menginginkan adalah bahasa dari provinsi Sumatera Utara, hanya saja karena Singkil termasuk salah satu Kabupaten dengan provinsi Sumatera Utara, terjadilah asimilasi antara kedua daerah ini.
Propinsi Aceh menetapkan bahasa Pakpak ini sebagai bagian dari bahasa daerah Aceh.
Bahasanya sedikit mirip dengan bahasa Pakpak. Namun, masyarakat Singkil menolak jika bahasa Singkil dikatakan sebagai bahasa Pakpak.
Bahasanya sedikit mirip dengan bahasa Pakpak. Namun, masyarakat Singkil menolak jika bahasa Singkil dikatakan sebagai bahasa Pakpak.
Meskipun ada sedikit masalah bahasa, hal ini tidak menjadi suatu perpecahan di antara masyarakat di dua kabupaten tersebut.
Sejak dulu sampai hari ini, masyarakat Singkil hidup rukun dan damai.
Selain itu masyarakat Kabupaten Aceh Singkil menggunakan bahasa Haloban.
Selain itu masyarakat Kabupaten Aceh Singkil menggunakan bahasa Haloban.
Bahasa Haloban mirip dengan bahasa Devayan di Pulau Simeulu, tetapi penuturannya di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Bahasa Gayo
Kabupaten Aceh Tengah yang ibu Kotanya Takengon merupakan salah satu Kabupaten dari provinsi Aceh yang berada di kawasan dataran tinggi Gayo.
Aceh Tengah sudah dikenal sejak dahulu sebagai daerah penghasil Kopi, Pokat, dan buah-buahan dapat dikatagorikan sebagai daerah pertanian.
Setelah pemekaran Aceh Tengah dibagi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tengah.
Bahasa Gayo digunakan oleh masyarakat Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Lues, dan sebagian Aceh Tenggara.
Bahasa Gayo digunakan oleh masyarakat Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Lues, dan sebagian Aceh Tenggara.
Seperti halnya bahasa Aceh, bahasa Gayo juga memiliki beberapa perbedaan dialek dan kosakata sehingga membedakannya dalam beberapa bentuk bahasa gayo antara lain; Gayo Lut, Gayo Deret, Gayo Lues, Lokop, dan Kalul.
Bahasa Kluet
Bahasa Kluet
Kluet atau Keluwat adalah masyarakat yang mendiami beberapa kecamatan di kabupaten Aceh Selatan yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah dan Kluet Timur yang memeliki Bahasa sendiri, wilayah Kluet terletak 30 km dari Ibu Kota Ac eh Selatan atau sekita 500 km dari Kota Banda Aceh yang di dengan sungai Lawé Kluet yang berhulu di Gunung Leuser dan bermuara di lautan Hindia.
Secara etnis, Suku Kluet termasuk dalam Rumpun Batak yakni Rumpun Batak Utara.
Sebagaimana etnis rumpun Batak lainnya, Etnis Kluet/Keluwat juga memiliki marga yang masih umum dipakai oleh sebagian kalangan masyarakatnya.
Sebagaimana etnis rumpun Batak lainnya, Etnis Kluet/Keluwat juga memiliki marga yang masih umum dipakai oleh sebagian kalangan masyarakatnya.
Masyarakat Kluet/Keluwat memiliki 5 buah marga yaitu :
Pelis
Selian
Bencawan
Pinem
Ciniago
Pelis
Selian
Bencawan
Pinem
Ciniago
Marga yang terakhir (Caniago) adalah marga keturunan orang Minangkabau yang telah berasimilasi dengan Kluet sejak berabad-abad yang lalu.
Empat marga di atas juga ditemukan dalam suku Alas, Karo, dan Pakpak.
Bahasa Kluet atau Kluat merupakan anak dari Bahasa Gayo dan Bahasa Alas karena orang dari suku Kluet mengerti dengan Bahasa Gayo dan Bahasa alas.
Bahasa Kluet atau Kluat merupakan anak dari Bahasa Gayo dan Bahasa Alas karena orang dari suku Kluet mengerti dengan Bahasa Gayo dan Bahasa alas.
Dan ada beberapa kata dalam bahasa Kluet yang mirip dengan bahasa suku Karo di Sumatera Utara.
Bahasa ini hanya terdapat di beberapa daerah di Kabupaten Aceh Selatan.
Kecamatan-kecamatan di Aceh Selatan dengan bahasa Kluet sebagai pengantar bahasa yang dominan ditandai dengan nama awal kecamatan memakai kata 'Kluet', seperti Kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Timur, dan Kluet Tengah.
Kecamatan-kecamatan di Aceh Selatan dengan bahasa Kluet sebagai pengantar bahasa yang dominan ditandai dengan nama awal kecamatan memakai kata 'Kluet', seperti Kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Timur, dan Kluet Tengah.
Bahasa Kluet memiliki tiga dialek yaitu Manggamat, Krueng Kluet, dan Paya Dapur.
Bahasa Temaang
Bahasa Temaang
Kabupaten Aceh Temiang adalah salah satu wilayah tingkat II dalam Provinsi Aceh yang terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Utara dengan menempuh jarak hanya 250 Km dari Kota Medan.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur pada tanggal 10 April 2002 yang memiliki luas wilayah sekitar 1.956, 72 km².
Kabupaten satu-satunya di Aceh yang terbanyak ditempati etnis melayu hingga 60%, jawa 20%, Aceh 15% dan sebagian kecil di daerah hulu ditempati suku Gayo dan Suku Alas.
Beroperasi penyusutan dan terbentang PADA POSISI 03 0 , 53 '- 04 0 , 32' Lintang Utara Sampai DENGAN 97 0 , 44 '- 98 0 , 1' Bujur Timur.
Dengan demikian, wilayah ini memiliki batas-batas:
Sebelah utara dengan Selat Malaka dan Kota Langsa
Sebelah selatan dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Sebelah timur dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues.
Dengan demikian, wilayah ini memiliki batas-batas:
Sebelah utara dengan Selat Malaka dan Kota Langsa
Sebelah selatan dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Sebelah timur dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues.
Bahasa Temiang adalah bahasa yang dimiliki daerah tingkat II Kabupaten Aceh Temiang dan digunakan masyarakat Aceh Temiang yang sangat kental dengan dialek bahasa Melayu.
Dalam lintas sejarah buku Aceh Temiang disebutkan bahwa bahasa suku Aceh temiang terbagi 2 yaitu : Suku Tamieng Hulu dan Suku Tamieng Hilir, dalam komunikasi sehari-hari yang membedakan kalimat saat berbicara adalah Suku Temiang Hulu selalu diakhiri dengan huruf O, misalnya Kemano.
Sedangkan Suku Tamiang Hilir diakhiri dengan huruf E, missalnya kemane.
Bahasa Alas
Bahasa Alas
Bahasa Alas adalah bahasa daerah TK. II Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan bahasa masyarakat di Tanah Alas (Aceh Tenggara).
Bahasa ini bertalian erat dengan Bahasa Kluet (Aceh Selatan), Bahasa Singkil-Julu (Aceh Singkil), Bahasa Batak Pakpak dan Bahasa Batak Karo di Sumatera Utara.
Bahasa Alas memiliki tiga dialek, yaitu dialek Hulu dipakai di kecamatan Badar, dialek Hilir dipakai di kecamatan Bambel dan dialek Tengah dipakai di kecamatan Babussalam dan Lawe Alas.
Bahasa Alas memiliki tiga dialek, yaitu dialek Hulu dipakai di kecamatan Badar, dialek Hilir dipakai di kecamatan Bambel dan dialek Tengah dipakai di kecamatan Babussalam dan Lawe Alas.
Perbedaan dari ketiga dialeg ini hanya sedikit sekali, yaitu: bila ditinjau dari segi intonasi penggunaan bahasa Alas di kecamatan Badar lebih halus.
Sedang di daerah kecamatan Babussalam, Lawe sigala-gala dalam kategori sedang. Sedangkan di kecamatan Bambu kasar.
Dalam pergaulan sehari-hari Suku Alas memiliki Bahasa sendiri yakni Bahasa Alas (Cekhok Alas) Bahasa ini merupakan rumpun bahasa dari suku Austronesia Kluet di Kabupaten Aceh selatan juga menggunakan Bahasa yang hampir sama dengan bahasa suku Alas.
Bahasa ini memiliki banyak kosakata dengan bahasa Karo yang dituturkan masyarakat Karo di Provinsi Sumatera Utara.
Pada tahun 2000, jumlah penuturan bahasa mencapai 195.000 jiwa.
Diperkirakan bahasa ini merupakan turunan dari bahasa Batak, namun Masyarakat Alas sendiri menolak label "Batak" karena alasan perbedaan Agama yang dianut.
Sementara itu, tidak diketahui pasti apakah bahasa ini merupakan bahasa tunggal atau bukan.
Bahasa Devayan, bahasa Sigulai dan bahasa Lekon
Bahasa Devayan, bahasa Sigulai dan bahasa Lekon
Pulau Simeulue atau Simalur adalah sebuah pulau yang berada di Sumatera Barat. Yang terletak pada kurang lebih 150 km dari pantai barat Aceh, juga merupakan pulau pemerintahan Kabupaten Seumelue di tengah Samudra Hindia.
Posisi geografisnya dari daratan utama, Semeulue adalah Kabupaten baru yang Ibukotanya Sinabang hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh barat pada tahun 1999.
Pulau ini dengan hasil cengkehnya. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Nias, dengan kulit kuning dan sipit seperti layaknya orang Tionghoa dan memiliki bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan.
Hampir penduduk seluruh kepulauan ini beragama Islam. Setelah masa penilaian mulai menurun, sebagian besar masyarakat mulai beralih ke perkebunan sawit dan tanaman horikultura sebagai mata pencarian-hari.
Di Pulau Seumelue ada 3 bahasa yang digunakan masyarakat :
Bahasa Devayan biasanya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam.
Di Pulau Seumelue ada 3 bahasa yang digunakan masyarakat :
Bahasa Devayan biasanya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam.
Bahasa Sigulai biasanya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang.
Bahasa Leukon digunakan khususnya oleh penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan.
Selain itu digunakan juga bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan sebagai perantara sesama masyarakat yang berlainan bahasa di Simeulue yaitu bahasa Jamu atau Jamee (tamu), awalnya dibawa oleh para perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing
Bahasa Pakpak
Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia.
Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh, (Provinsi Aceh), bahasa Pakpak yang digunakan masyarakat Aceh adalah di Kabupaten Singkil dan Kota Sulubussalam.
Dalam sumber Haloaceh disebutkan Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11 Masehi.
Suku Pakpak terdiri atas 5 sub suku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:
Pakpak Boang, bermukim di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Sulubussalam.
Suku Pakpak terdiri atas 5 sub suku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:
Pakpak Boang, bermukim di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Sulubussalam.
Suku Pakpak Boang ini banyak disalahpahami sebagai Suku Singkil.
Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah.
Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
Bahasa ini memiliki penuturan di kabupaten Singkil. Sebenarnya bahasa Pakpak adalah bahasa dari provinsi Sumatera Utara, hanya saja karena Singkil termasuk salah satu kabupaten yang terjadi dengan provinsi Sumatera Utara, asimilasi antara kedua daerah ini.
Propinsi Aceh menetapkan bahasa Pakpak ini sebagai bagian dari bahasa daerah Aceh.
Bahasa Haloban
Bahasa Haloban
Bahasa Haloban adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh Suku Haloban yang terdapat di kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil.
Dari 7 desa yang terdapat di Pulau Banyak, bahasa ini terdapat di desa Haloban dan Asantola.
Sebagian ahli bahasa berpendapat Haloban tidak ada bahasa yang tersendiri, tetapi termasuk dalam dialek bahasa Devayan yang terdapat di pulau Simeulue. (Red)
Sumber:
Sumber:
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.